Sejauh ini, kondisi dari kedua pasien positif corona yang dirawat intensif di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso berangsur membaik. Namun ada seorang pasien yang dirujuk ke RSPI Sulianti Santoso dari RS Carolus, ia menjadi pasien dengan suspect corona. Bahkan ada dugaan jika pasien tersebut terinfeksi Covid 19 setelah melakukan kontak dengan kasus 1.
Kasus 1 yang dimaksud adalah seorang pasien pertama yang sudah positif terkena Covid 19 (wanita 31 tahun). Hal tersebut dibenarkan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid 19, Achmad Yurianto. "Ada close contact dengan kasus 1," kata Yuri dalam jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020), melansir melalui .
Oleh karena itu, pasien dari RS Carolus itu saat ini sudah ditetapkan sebagai suspect corona. Selain itu, spesimennya juga sudah diambil untuk dilakukan uji laboratorium. Namun, hasil uji spesimen itu belum selesai dilakukan.
"Masih menunggu hasil labnya. (Sementara) kita sebut suspect," lanjut Yuri. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memakai istilah kasus 1 dan kasus 2 untuk kedua pasien yang terjangkit virus corona. Alasannya adalah untuk menjaga kerahasiaan identitas kedua pasien.
"Saya minta seluruh masyarakat bersama sama berdoa." "Memberikan dukungan dan empati kepada dua pasien yang kemarin saya sampaikan, yaitu kasus 1 dan kasus 2," kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (3/3/2020), masih melansir melalui . Selain itu, Jokowi pun mengaku sudah memerintahkan para menterinya untuk tidak membuka data data pribadi pasien positif corona.
Dia meminta agar segala privasi pasien dirahasiakan. "Ya yang tadi saya sampaikan ke menteri untuk mengingatkan." "Agar yang namanya hak hak pribadi yang berkaitan dengan privasi itu betul betul dilindungi," ujar Jokowi.
Tidak hanya kepada menterinya, ia juga mengingatkan agar rumah sakit atau pejabat pemerintah lain tidak membuka privasi pasien. Lanjut Jokowi, kode etik dan hak hak pribadi penderita corona harus dijaga. "Tidak boleh dikeluarkan di publik, ini etika kita dalam berkomunikasi."
"Media juga harus menghormati privasi mereka sehingga secara psikologis mereka tidak tertekan dan dapat segera pulih dan sembuh kembali," imbuhnya.