Kabar seorang siswi SMP di Solo dikeluarkan dari sekolahnya menggemparkan jagat maya. Bagaimana tidak, siswi SMP tersebut dikeluarkan hanya karena mengirimkan pesan singkat berupa ucapan selamat ulang tahun kepada teman sekolah laki lakinya. Peristiwa yang menggegerkan warganet itu pun dibenarkan oleh pihak sekolah.
Pihak sekolah membenarkan telah menyerahkan kembali saah seorang siswi kepada orangtuanya. Namun, Kepala SMP IT Nur Hidayah Solo, Zuhdi Yusroni kurang berkenan untuk membuka secara gamblang kronologis kejadian tersebut. Hal itu dilakukan untuk menjaga nama baik siswi tersebut.
"Mohon maaf, saya tidak bisa menjelaskan secara keseluruhan kronologisnya untuk menjaga nama baik siswi," ujar Zuhdi, Sabtu (11/1/2020). "Terlebih lagi, siswi tersebut telah kembali bersekolah di tempat yang baru," imbuhnya membeberkan. Zuhdi menegaskan pihak sekolah telah melakukan penindakan secara prosedur yang ada.
"Itu harus kita lakukan untuk menegakkan kedisiplinan juga, siswi sudah menerima dan sudah pindah," tegas dia. "Kami juga telah memberikan surat keterangan agar membantu dia untuk melanjutkan pendidikannya," tambahnya. Ketidakdisiplinan siswi tersebut bukan hanya soal pengucapan selamat ulang tahun kepada teman sekolah laki lakinya.
"Bukan hanya itu, ada tindak ketidakdisiplinan lain yang muncul sejak kelas VII, jadi bukan soal itu saja sebenarnya," tutur Zuhdi. "Bahkan, sebenarnya sejak kelas VII sudah kami bina siswi tersebut sampai kelas VIII," imbuhnya. Poin tindak ketidakdisiplinan yang dilakukan telah terakumulai dan sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan.
Hal itulah yang membuat siswi tersebut harus diserahkan kembali kepada orang tuanya. Kondisi siswi SMP IT Nur Hidayah Solo yang dikeluarkan hanya gara gara mengucapkan selamat ulang tahun kepada teman laki lakinya cukup memprihatinkan. Hal tersebut disampaikan Kepala SMP IT Nur Hidayah Solo, Zuhdi Yusroni.
"Siswi tersebut tertekan setelah kisahnya viral," ujar Zuhdi. "Kemarin kami sudah mencoba menutup hal tersebut untuk menjaga nama baiknya," imbuhnya membeberkan. Zuhdi menyampaikan, orangtua siswi awalnya tidak tahu kisah anaknya viral.
Setelah tahu, mereka merasa tidak nyaman dengan hal tersebut. "Awalnya, mereka tidak tahu kalau viral, setelah viral jadi kasihan dengan siswi itu," tutur dia. "Bapaknya juga merasa malah tidak nyaman dengan berita yang ada," tambahnya.
Mencuatnya persoalan ini menggugah seorang alumni sekolah tersebut, Vega Rasiditya Andryant Putra, buka suara. Ia secara gamblang menceritakan secuil kisah dirinya saat mengenyam pendidikan di sekolah swasta tersebut. Vega bahkan hampir dikeluarkan akibat akumulai ketidakdisiplinan yang dilakukannya.
"Waktu saya dulu itu berat, tapi memang sekolahnya semi pondok pesantren, keras aturan nya," ujar Vega (12/1/2020). Meski tak sampai dikeluarkan, Vega mengaku sempat medapat peringatan dari pihak sekolah. "Kalau dulu sih saya belum dikeluarkan, cuma mendapat peringatan saja, padahal saya punya prestasi non akademik," tuturnya.
Saat masih bersekolah di sana, Vega aktif bermain musik dengan band bentukannya. Bahkan, band tersebut dikontrak salah satu stasiun TV lokal selama satu tahun. "Di situ memang saya dulu pernah di kontrak salah satu stasiun TV lokal selama satu tahun untuk ikut siaran," terang Vega.
"Jadi namanya kontrak harus ikut jadwal siaran mau pukul 10 pagi, pukul 12 siang, pukul 2 siang, pukul 3 sore, apa pukul 7 malam pun juga harus dijalankan," tambahnya. Jika jadwal itu tak dijalankan, Vega bersama bandnya akan mendapat hukuman. Itu juga yang membuatnya sering izin tidak masuk sekolah.
"Cuman yang mengecewakan itu, dari pihak sekolah, mengizinkan tiap saya manggung, tapi tidak ada piagam/sertifikat penghargaan," tutur Vega. "Malah dapat ucapan, kalau tidak berubah, lebih baik keluar dari sekolah itu dari pada lanjut ke kelas tiga," imbuhnya. Ucapan itu diterimanya saat proses penerimaan rapor dan ada kurang lebih tujuh anak yang dipanggil menghadap perwakilan sekolah.
Mereka dipanggil dengan bermacam permasalahan, diantaranya chatting dengan lawan jenis. "Ada yang berhubungan sama lawan jenis lewat chat, ada yang kurang pinter akademiknya, terus saya yang tidak pernah masuk/ijin terus di sekolah," kata Vega. "Namanya masih anak anak kecil pada takut dengan ucapan itu, alhasil tidak ada yang dikeluarkan, semua milih berubah," tambahnya.
Vega memilih tetap melanjutkan karier bermusiknya, meskipun posisinya sebagai lead guitar harus digantikan pemain pengganti saat menginjak kelas IX. Vega mengaku pernah malu saat ditanya pembawa acara terkait asal usul sekolahnya saat manggung. "Jadi kalo waktu konser, pasti ditanya pembawa acara soal nama siapa, dari mana," aku dia.
"Biasanya saya cuman jawab, 'Vega dari SMP swasta', jadi agak tidak mau menyebut nama sekolah, seperti malu, sekolahnya saja tidak menghargai, padahal saya dulu angkatan V dadi sekolah itu," imbuhnya. Vega mengaku kaget dengan mencuatnya persoalan seorang siswi kelas VIII sekolah swasta. "Cuman terkejut saja, baca kemarin di media sosial, sampai dikeluarkan karna chat sama lawan jenis," aku dia.
"Zamanku dulu, kalau ketemuan, gandengan tangan, dan ketahuan di mall berduaan, besoknya dipanggil orang tuanya sama anaknya," tambahnya. Bila kepergok berbuat semacam itu, murid sekolah swasta itu bisa dikeluarkan. Itu pun juga melihat akumulasi poin ketidakdisiplinan yang sudah didapatkan.
"Pokoknya nanti kalau ada pelanggaran, ada poin, nanti poinnya kalau sudah banyak baru dikeluarkan," jelas Vega. "Tapi, masak, ya, hanya karena chat dikeluarkan, itu emang aneh," tandasnya.